Oleh:
Atanasius Rony Fernandez
Trauma
bencana gempa bumi yang dirasakan masyarakat Pulau Lombok dan sekitarnya berangsur
hilang. Dunia pariwisata mulai menggeliat kembali. Sebagai warga Kota Mataram,
saya tidak perlu jauh-jauh melihat geliat pariwisata yang mulai bangkit itu. Cukup
datang ke pusat perbelanjaan atau mal berlantai empat dan masuk ke gedung
bioskop, kita akan saksikan antrian panjang pembeli tiket film dan jajaran
kursi di dalam bioskop yang dipenuhi orang-orang yang haus hiburan.
Gempa utama
berkekuatan 7,0 SR yang terjadi pada Minggu, 5 Agustus 2018 memang menjadi
teror dan pukulan bagi masyarakat Pulau Lombok. Salah satu yang sangat
dikhawatirkan, yaitu lumpuhnya pariwisata pascagempa. Bagaimana tidak, sehari
setelah gempa utama itu, yang kemudian disusul dengan gempa susulan berkekuatan
besar juga, wisatawan di tiga gili di Lombok Utara dan daerah wisata lainnya meningggalkan
Lombok.
Dampak gempa
bumi itu juga terasa di Kota Mataram, jalanan
lengang pada siang hari, pusat perbelanjaaan sepi pengunjung, memasuki petang
hari masyarakat mulai dihantui oleh ketakukan datangnya gempa susulan. Padahal
seperti diketahui, Kota Mataram tengah berkembang pesat, pusat perbelanjaan
atau mal mulai ramai. Menonton di bioskop jadi satu kegemaran baru, setelah
bertahun-tahun tidak ada bioskop di kota yang nyaman ini. Wisata belanja dan kuliner juga tengah
digandrungi masyarakat kota Mataram. Tak percaya? Bukalah instagram dan lihat akun
kuliner Kota Mataram yang cukup banyak, dengan pengikut atau follower mencapai belasan ribu.
Ketika gempa berkekuatan besar yang mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya, praktis Kota Mataram ikut lumpuh. Mal dan toko-toko tutup, sekolah-sekolah diliburkan, dan bunyi sirine ambulans silih berganti melewati jalanan Kota Mataram. Bahkan sehari setelah gempa utama pada 5 Agustus itu, salah satu akun instagram yang cukup banyak diikuti warga Lombok, harus memperbarui terus menerus tempat makanan yang masih buka pascagempa terjadi, karena sulitnya mencari warung yang buka.
Secara pribadi,
saya merasakan gempa utama itu ketika
berada di dalam gedung pusat perbelanjaan berlantai empat yang baru-baru ini
selesai dibangun. Ketika guncangan gempa pada malam 5 Agustus itu saya berlari
dari lantai dua melewati tangga darurat. Semua orang berhamburan keluar dari
gedung itu dengan perasaan getir yang sungguh menakutkan. Perasaan trauma
memasuki gedung bertingkat terus menghantui saya. Bahkan ketika menjejakkan
kaki di minimarket saja, saya merasakan ada goyangan, padahal saat itu tidak
ada gempa.
Saat
ini, berselang tiga bulan dari kejadian bencana itu, Kota Mataram mulai
menggeliat. Pusat-pusat kuliner mulai buka dan kembali dipenuhi para pembeli. Pusat
perbelanjaan atau mal dengan gedung bertingkat juga sudah mulai normal,
terlihat dari ramainya masyarakat yang datang. Sederhananya, ketika masyarakat
sudah mau datang dan berlama-lama berada di dalam gedung bertingkat seperti
mal, tandanya trauma itu mulai berangsur hilang di benak masyarakat pada
umumnya.
Kenyataan
ini tentu saja membawa angin segar bagi dunia wisata di Pulau Lombok. Gempa,
seperti disampaikan banyak orang tidak langsung menghilangkan nyawa orang lain.
Namun dampaknyalah yang merenggut korban jiwa, seperti dijatuhi bangunan,
tembok, dan sejenisnya. Kota Mataram yang menyediakan pusat perbelanjaan dan
mal dengan gedung bertingkat tentu saja menghadirkan trauma bagi masyarakat
yang mengalami guncangan gempa, atau orang dari luar daerah yang hendak
berlibur. Dengan kenyataan pusat perbelanjaan mulai ramai, bahkan bioskop yang
mengharuskan penonton sekurang-kurangnya berdiam diri selama satu jam di dalam
gedung pun mulai ramai. Maka bisa kita lihat trauma akan gempa itu mulai
hilang.
Jika
ingin melihat data menggeliatnya kembali wisata di NTB, kita bisa melihat data
Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Senin, 1 Oktober 2018 terkait statistik
Hotel NTB. Dari data itu menunjukkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel
bintang pada bulan September 2018 mengalami kenaikan dibandingkan bulan Agustus
2018. TPK bulan September 2018 sebesar
34,85 persen, sedangkan TPK hotel bintang bulan Agustus 2018 hanya sebesar
28,18 persen, ini berarti mengalami kenaikan sebesar 6,67 poin. Jika
dibandingkan dengan TPK hotel bintang bulan September 2017 sebesar 53,32 persen berarti mengalami
penurunan mencapai 18,47 poin.
Selain
itu, TPK Hotel Non Bintang bulan September 2018 mencapai sebesar 19,91 persen mengalami kenaikan sebesar 3,43 poin
dibanding bulan Agustus 2018 dengan TPK sebesar 16,48 persen. Jika dibandingkan dengan bulan September 2017
masih mengalami penurunan sebesar 5,18 poin dari 25,09 persen.
Data
itu kian memperjelas mulai menggeliatnya wisata di NTB dan khususnya di Kota
Mataram. Sudah seharusnya kita mulai menapaki kembali kehidupan tanpa trauma
bencana. Menikmati wisata belanja dan kuliner di berbagai pusat perbelanjaan di
Kota Mataram. Serta menikmati tontonan dari film-film terbaru yang diputar di
gedung bioskop.
Pariwisata
menjadi salah satu “jualan” NTB. Rasa nyaman tanpa trauma merupakan syarat agar
wisatawan betah tinggal berlama-lama dan menikmati liburannya. Karena itu, masyarakat
pun harus mulai melepaskan perasaan trauma di dalam dirinya. Mulai membenahi
berbagai hal yang harus dibenahi; membuat rasa nyaman dalam diri, keluarga,
masyarakat, dan lingkungannya.
Pemerintah
di setiap daerah juga harus menciptakan iklim yang menumbuhkan optimisme di
tengah masyarakat yang terdampak bencana gempa. Situasi positif yang terjadi di
Kota Mataram sudah selayaknya merambah di berbagai daerah untuk membangkitkan
kembali gairah pariwisata di NTB. Industri yang tengah tumbuh ini harus tetap
dijaga bersama. Perasaan risau pascagempa mulai berangsur hilang, momentum ini
harus diambil bersama-sama oleh pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan
masyarakat untuk kembali menggeliatkan pariwisata.
Pada
akhirnya kita semua berharap kembali hidup dengan nyaman. Bencana gempa bumi
belum ada yang bisa memprediksinya. Namun setidaknya, optimisme kebangkitan itu
harus tumbuh di dalam diri masyarakat. Kita bisa bangkit dari timbunan perasaan
takut, buktinya sudah terlihat. Maka sudah
seharusnya rasa optimis dan pikiran positif terus bersemayam di dalam dada
kita, agar selepas bekerja bisa tetap menikmati kuliner sedap di Kota Mataram,
dan tak lupa menonton film baru di gedung bioskop.
Komentar
Posting Komentar